Kamis, 09 Juni 2011

TUGASKU



BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar belakang
                             Secara etimologi Arkeologi berasal dari kata archaeology, archae artinya tua dan logos artinya ilmu. Sedangkan, secara terminologi arkeologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan manusia masa lampau melalui sisa-sisa peninggalannya. Dalam mempelajari peninggalan masa lampau dapat melalui pendidikan dan lembaga.

B.     Tujuan Penulisan
Secara umum tujuan penulisan sebagai bentuk pengetahuan umum atau pengetahuan dasar. Namun secara khusus laporan ini bertujuan melaporkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan terhadap objek-objek Arkeologi di Bantaeng.

C.    Metode Pengumpulan Data
Metode pegumpulan data yang saya lakukan yaitu dengan kajian pustaka dan juga pengumpulan data dilapangan.
C.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini berupa gambaran umum lokasi Bantaeng yang diakses di internet pada Sabtu, 30 Maret 2010 dan buku tentang Bantaeng.
C.2 Wawancara
Teknik pengumpulan data ini berupa tanya jawab langsung terhadap masyarakat setempat.
C.3 Fotografi
Pengambilan data ini berupa pemotretan pada temuan yang didapat dilapangan. Yang didalamnya terdapat skala dan penunjuk arah.
C.4 Deskripsi
Yang dimaksud dengan deskripsi yaitu penggambaran baik itu situs, temuan, maupun lingkungan secara objektif. 

BAB II
PEMBAHASAN


A.    GAMBARAN UMUM LOKASI
A.1 Letak Geografis 
Secara geografis, Kabupaten Bantaeng dengan Kecamatan Bantaeng sebagai ibukota kabupaten terletak ± 120 km arah selatan kota Makassar, dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Gowa dan Bulukumba di sebelah utara, Kabupaten Bulukumba di sebelah timur, Laut flores di sebelah selatan dan Kabupaten Jeneponto di sebelah barat. Kabupaten ini memiliki luas wilayah daratan 395,83 km² atau 39.583 Ha dengan luas wilayah lautnya sebesar 144 km². Dengan demikian luas wilayah Kabupaten Bantaeng keseluruhan sebesar 539,83 km².Secara administratif, wilayah pemerintahan terdiri atas 6 wilayah Kecamatan, 45 desa dan 21 kelurahan, 102 dusun, 41 lingkungan, 395 RW dan 1.037 RT. Keenam kecamatan tersebut adalah: Kecamatan Bissapu, Bantaeng, Tompobulu, Uluere, Pa’jukukang, dan Eremerasa (Anonim,2009).

           A.2 Topografi
                                    Wilayah Kabupaten ini mempunyai wilayah dengan ketinggian 0 – 25 m sampai dengan lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut. Wilayah dengan ketinggian 0 – 25 m dari permukaan laut, merupakan bagian terkecil (10,3%) sedangkan wilayah dengan ketinggian 100–500 meter di atas permukaan laut merupakan bagian terbesar (29,6%) dari wilayah Kabupaten Bantaeng (Anonim,2009).

B.   HASIL PENGUMPULAN DATA
                          Kehidupan manusia masa lampau, kita harus meninjau dari data yang diperoleh dari berbagai sumber dan benda-benda sisa peninggalan kehidupan manusia di masa lampau. Adapun lokasi yang dikunjungi mengenai bukti kehidupan manusia masa lampau di kota Bantaeng berdasakan hasil data yang dikumpulkan, maka situs-situs yang berhasil di data yaitu Lembang Gantarangkeke Gantarangkeke, Onto, Latenriruwa, dan Gua Batu Ejayya tetapi penelitian yang saya lakukan lebih spesifik di situs Gantarangkeke . Berikut adalah hasil pengumpulan datanya:

C. SITUS GANTARANGKEKE
C.1  Deskripsi
C.1.1  Deskripsi Lingkungan
               Di sekitar situs ini terdapat pohon coklat, ladang jagung, langsat, sawah, mangga, kapuk, ubi,  pisang, tanaman paku. Jika dilihat dari kondisi lingkungan sekitar situs maka dapat dikatakan bahwa mata pencaharian masyarakat sekitar yaitu bertani dan berkebun.
C.1.2  Deskripsi Situs
              Situs ini berada di desa Gantarangkeke, kecamatan Gantarangkeke, kabupaten Bantaeng. Secara astronomi situs ini berada pada 05º 29’ 37,26’’ LS dan 120º 01’ 40,5’’ BT. Dalam situs ini terdapat beberapa temuan yang diantaranya Passauangeng taua, Butta Silanta, Pocci Butta, dan Balla Lompoa.
C.1.3  Deskripsi Temuan
  a. Passaungeng Taua
                        Temuan ini menyerupai bentuk segi empat yang dikelilingi oleh batu tersusun rapi yang juga berfungsi  sebagai pagar. Temuan ini menghadap ke utara dengan lebar pintu sekitar 80 cm, panjang utara ke selatan dan barat ke timur masing-masing 10 meter, dengan tebal tumpukan batu yang dijadikan sebagai pagar adalah 1,5 meter. Disamping temuan ini terdapat pula temuan berupa paddaraengang dengan jumlah lubangnya ada 12 lubang.

                 
                   Gb.1 passaungan taua                                               Gb.2 Paddadaraenngang                                                                                  
                                                                                 Doc : Suryatman

b.    Pocci Butta
              Temuan ini dibatasi oleh pohon kapuk disebelah utara, batu dengan tinggi sekitar 2 meter disebelah timur, sedangkan disebelah barat dan selatan terdapat rumah penduduk. Berdasarkan letak astronomisnya yaitu05° 30’ 01” LS dan 120° 01’ 35,9” BT. Bentuk temuan ini menyerupai bundaran yang dikelilingi oleh batu  bersusun, dimana batu ini digunakan sebagai pagar. Ditengahnya terdapat batu. Tinggi susunan batu yang dijadikan sebagai pagar adalah 45 cm, dengan  lebarnya  70 cm.

Gb.3 temuan Pocci Butta di Gantarangkeke
Doc : Suryatman
c.    Balla Lompoa
              Temuan ini menghadap ke utara, begitupula pintunya. Sebelah utara adalah tempat istirahat berupa rumah beratap tanpa dinding. Sebelah selatan adalah  rumah penduduk,sebelah timur adalah pohon dan disebelah barat adalah mesjid. Dipagari oleh kayu, dengan jumlah tiangnya ada 12 tiang untuk penyanggah rumah dan 2 tiang untuk penyanggah atap tangga. Tangganya hanya terdapat 1 buah tangga, tidak memiliki jendela, dibawah rumah terdapat tumpukan batu dengan ukuran tingginya kira-kira 1,5 meter. Memiliki 1 kamar, tidak terdapat kursi di dalam rumah ini, dapur berada di depan tepatnya di dekat pintu. Balla lompoa juga merupakan  kekunoan situs gantarangkeke karena digunakan pula sebagai tempat melakukan upacara adat atau media upacara adat kepada karaeng loe yang diadakan setiap tahunnya. Rumah ini menghadap ke utara kea rah gunung lompobattang dan ditunggui oleh seorang pinati atau orang yang dipercaya memilii kelebihan di bidang spiritual atau sama kedudukannya dengan dukun (M.Irfan, 2007).
              Keseluruhan alat dimaksud dijaga dengan baik oleh seorang Pinati (Penjaga) yang ditugaskan oleh pewaris kerajaan. Pinati ini semacam Sejarahwan yang mengetahui benar seluk-beluk sejarah Bonthain, termasuk kisah Balla' Lompoa dan isinya. Oleh pihak pewaris kerajaan, tiap tahunnya dilakukan pencucian benda-benda pusaka. Kegiatan ini lazim disebut dengan Accera' Kalompoang (Ambaixe,2010).


Gb.4 Balla Lompoa
Doc : Suryatman

D. Hasil wawancara
              Salah satu cara mendapatkan data dilapangan yaitu dengan wawancara langsung dengan masyarakat setempat. Adapun hasil wawancara di situs Gantarangkeke adalah sebagai berikut :
a. Passaungeng Taua
              Menurut narasumber yaitu Pak Rahim, bahwa dahulu tempat ini dibuat oleh para raja untuk mempertarungkan orang-orang yang mereka anggap paling kuat di daerahnya. Orang yang akan bertarung, kakinya ditanam di tanah sebatas betis, yang kalah dipersilahkan duduk pada tempat yang disediakan. Tempat ini terakhir digunakan pada saat orang dipertaruhkan sudah berkurang dan diganti oleh ayam. Disamping Passaungeng Taua terdapat Paddadarangeng yang berfungsi sebagai tempat pergantian orang yang akan bertarung. Lubang-lubang yang terdapat pada Paddadarangeng untuk menyusun telur.
b. Pocci Butta
              Temuan ini merupakan pusat tanah, masyarakat setempat meyakini bahwa batu yang ada di tengah temuan ini, jika dipindahkan maka akan keluar angin. Hal ini menurut narasumber kami yaitu  Pak Rahim yang kami dapat pada wawancara langsung dengan beliau.
c.    Balla Lompoa
              Temuan ini tidak pernah diubah. Daeng Danni adalah orang yang menghuni rumah ini. Apabila Daeng Danni sudah tidak kuat atau tidak mampu lagi mengurus Balla Lompoa, maka daeng Danni akan diganti oleh keturunannya. Hal ini menurut narasumber kami yaitu pak Rahim.

















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Gantarangkeke merupakan kota yang memiliki kekunoan. Salah satu buktinya adalah pocci butta yang merupakan pusat dari kota Bantaeng. Kemudian balla lompoa ditempati oleh seorang pinati (Orang yang dipercaya memiliki kelebihan di bidang spiritual atau sama kedudukannya dengan dukun).
B.     SARAN
Saya mengharapkan situs ini tetap dijaga, dikembangkan dan dilestarikan.















DAFTAR PUSTAKA

Ambaexe,2010, Balla' Lompoa in Bonthain, Online, (http://bonthain.blogspot.com/2010/03/balla-lompoa-in-bonthain.html), Diakses tanggal 30 Maret 2010
Anonim, 2009, Bantaeng sebagai Butta Toa, Online, (http://bonthain.blogspot.com/2010/01/bantaeng-sebagai-butta-toa.html), Diakses tanggal 30 Maret 2009.
Mahmud, M. I., Duli, A., Nur, M., Thosibo, A. dan Hakim, B.,2007, Bantaeng Masa Prasejarah ke Masa Islam,Masagena Press, Bantaeng.