Sabtu, 21 September 2013

ekskavasi



Sakit yang aku derita sungguh sangat tidak kusangka akan mengalaminya. Aku pikir bahwa diriku adalah orang yang kuat. Aku bisa disembarang tempat dan makan makanan sembarang saja. Tetapi Allah memberiku cobaan yang begitu pahit. Aku dihadapkan oleh pilihan yang sangat sulit. Berkumpul dengan teman2 angkatanku adalah sesuatu yang sangat hebat. Aku sangat mencintai teman angkatanku dan Allah tau itu. Bahkan, aku belum menyerah disaat kondisiku benar2 sudah tidak mampu. Aku ingin ikut ke landasstular karena mereka. Aku tidak perlu menjelaskan ini dan itu karena aku membuktikannya. Sampai saat hari terakhir aku tidak bisa pulang dan salah satu teman angkatanku mengantarku pulang. Gorbi pranata yesaya, teman yang sangat hebat menurutku. Selalu membantuku. Aku sungguh tulus berteman dengan semua teman angkatanku. Aku tidak menggunakan politik memanfaatkan seperti yang banyak orang lakukan. Saat aku diantar pulang tak terasa aku meneteskan air mata petanda menyesal tidak bisa ikut. Bahkan tanggal 3 Mei aku masih ingin ikut. Membayar uang ransum sudah kulakukan, beli tempe untuk ransum, dan barang yang telah ku packing harus bersedih. kata keluargaku ״kau ingin mati di Enrekang jika kau ikut?. ingat kondisimu,kondisi dan kesehatanmu drop”
Aku sangat menyesal tidak bisa ikut. Tetapi aku memikirkan kondisiku. Mungkin inilah yang terbaik bagiku untuk saat ini. Radang tenggorokan memang penyakitku dan ayahku. Tenggorokanku sangat sensitive. Aku bahkan tidak bisa berjalan dengan baik karena kondisi sangat lemah. Tapi inilah kali pertama yang terjadi padaku. Tenggorokanku bernanah. Bahkan jika kondisiku tak kunjung sembuh aku akan dibawa ke dokter spesialis THT. Maafkan aku teman2, aku sungguh menyesal ini terjadi. Sungguh aku sangat mencintai kalian. Kini aku akan pulang kampung untuk istirahat. Di sana ada orang tuaku yang akan merawatku. Bukan berarti di Makassar aku tidak mendapat kasih sayang. Perawatan disini juga sungguh luar biasa yang dilakukan kakak, adik dan kakak ipar serta sepupuku. Tetapi aku kasihan melihat kakakku yang rutinitasnya sangat padat. Ngantor, mengurus anak dan rumah tangganya.
Terima kasih untuk keluargaku yang memberikan pelayanan terbaiknya untukku. Aku tidak pernah salah karena menganggap bahwa keluargaku adalah terbaik dan terpenting bagiku.