AKU
PERCAYA PILIHANKU!
Seiring beranjak dewasanya akupun jadi
semakin mengerti tentang sebuah kehidupan yang begitu berwarna. Ya berwarna
karena ada banyak sekali emoticon didalamnya. Sepertinya emoticon itu sudah
pernah singgah di berbagai kisah hidupku. Tidak dapat aku pungkiri bahwa
didalam hidup selalu dihadapkan pada pilihan dan sekarang aku sungguh
merasakannya. aku dihadapkan pada pilihan untuk tetap bertahan di kota
metropolitan atau kembali pulang. Tidak mudah bagiku untuk kemudian memutuskan pilihanku
jatuh dimana. Kota metropolitan ini adalah tempat pertama kali aku beradu nasib
jauh dari orang tua. Kota yang mangajarkan aku melalaui kisah tentang sebuah
persahabatan, pengkhianatan, kekeluargaan politik dan cinta. aku jadi tau
perbedaan tersebut setelah berada di kota metropolitan ini. Kota yang lengkap
dengan fasilitasnya meski aku sering mengalami macet di jalanan karena semakin
padatnya penduduk dan semakin banyak orang-orang yang memilih untuk menetap di
kota metropolitan ini. Di kota ini mengajarkanku tentang kasih sayang kakak laki-laki yang akhirnya
menjadi kakak iparku sekarang. Tempat yang benar-benar aku sebut kota karena
ada beberapa bangunan tinggi tentunya. Tempat dimana aku menikmati tidak banyak
yang sering menggunjing orang lain yang tidak lain sangat berbeda dengan
kampung halamanku. Hanya saja sikap cuek para tetangga juga kadang berdampak
buruk karena suasana kekeluargaanpun terasa sangat tidak mungkin.
Kemudian untuk pilihan kedua adalah
kembali ke kampung halamanku sendiri. Kampung yang sangat kecil dengan pemikiran
sederhana seperti lokasinya. Kelakuan yang semakin menjadi-jadi, yang melihat
segalanya dari materi. Aku sebenarnya sangat membenci hal itu. Namun, kampong
halaman ini tidak akan pernah aku lupakan sampai kapanpun karena masa kecilku
yang indah ada disini. Kampong halaman masih menjadi tempat terfavoritku
diantara kota-kota yang pernah dan akan aku kunjungi. Kebanyakan keluargaku
juga disana..ayah ibu dan sodara-sodara sepupu dari ayah dan ibuku. Ada banyak
tawa yang akan terjadi ketika aku pulang kampong karena ada-ada saja gurauan
ayah, ibu dan keluargaku yang membuatku tertawa. Beberapa tindakan orang-orang
di kampong halamanku memang sempat membuatku kecewa, lalu kembali kupikirkan
bukan kampong halamanku yang seharusnya aku benci tetapi orang-orang yang
menghancurkan nama baik kampong yang amat kucintai. Meski kota-kota lain juga
sangat indah aku selalu mengatakan “selalu ada jalan untuk pulang”.
Yahhhhh…kata-kata ini sangat aku favoritekan.
Hingga akhirnya aku tetap harus
memilih salah satunya. Aku memilih orang tua, karena domisili orang tuaku
adalah di kampong halamanku..itulah pilihanku. Aku sadar akan banyak sekali
cemoohan dari mereka yang hanya bisa memperhatikan aib orang lain, namun satu
hal yang aku tau bahwa ketika mereka bertanya aku akan menjawab. Akan banyak
penyataan dan pertanyaan seperti “kok sarjana dari universitas ternama di
Indonesia timur akhirnya pulang kampong juga? Lha apa bedanya dengan
sarjana-sarjana yang kuliah di kampong kalau toh akhirnya pulang kampong juga?.
Aku memang agak tidak suka dengan kalimat-kalimat itu namun tetap harus
kuhadapi jika suatu hari nanti ada diantara mereka yang menanyakannya.
Akupun punya alasan tersendiri mengapa
kemudian aku memilih kampong halaman. Aku ingin selalu dekat dengan kedua orang
tuaku. Aku ingin benar2 berbakti kepada mereka. Mungkin sebagian besar
mengatakan bahwa itu bukan alasan yang tepat namun akupun punya pilihan dan
inilah pilihanku. Jika aku dihadapkan pada pilihan yang salah satunya adalah
orang tuaku,,aku tidak akan memilih yang lain. Aku percaya bahwa kampong
halamanku akan selalu memberikan ruang untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar